Hijab Fashion Go Internasional
Makin marak dan semarak desain pakaian saat ini, tak luput dari budaya Islam-Nusantara yang diperkenalkan kedunia, melalui karya tangan desainer muda Indonesia Dian Pelangi, mampu menggoncangkan dunia dengan karya-karya Islaminya.
karya tersebut sampai ke London, kota di Inggris yang jumlah penduduk beragama Islamnya minoritas. dian memperkenalkan hijab fashion kepada dunia dengan menggelar pelatihan cara pemakaian hijab dalam berbagai gaya.
"Saya ingin memperkenalkan hijab fashion kepada dunia," ujar Dian
Pelangi kepada Antara London seusai workshop pada ajang "International
Fashion Showcase" (IFS) dan "London Fashion Week" (FSW), Selasa (24/2)
sore.
Hebatnya, anak Indonesia yang memiliki Butik di Pekalongan Jawa Tengah ini diundang khusus untuk memberikan
presentasi mengenai desain dan perjalanan pengembangan bisnisnya di
depan para mahasiswa London College of Fashion dan para desainer lainnya
yang berpartisipasi di IFS.
Acara IFS yang didukung British Council dan London Fashion Week
(FSW) di London, merupakan acara fasion besar yang ada di negara Ratu Elisabet. Kehadiran Dian Pelangi di ajang fashion terkemuka di London ini
didukung pula London for Fashion Enterprise, London College of Fashion,
British Council, dan Kemendag RI. Sebelumnya.
tidak hanya sampai di Eropa saja, bahkan Dian Pelangi pernah menampilkan
karyanya di New York Couture Fashion Week di AS.
tidak hanya Dian sendrian ke AS, rekan senegaranya Zaskia Sungkar dan Barli Asmara juga ikut meramaikan desainer yang go internasional, gaya-gaya batik khas Indonesia di tampilkan dan di promosikan mereka.
Perhelatan Jakarta Fashion Week (JFW) tahun 2014 dan Indonesia Fashion Week (IFW) tahun 2015 juga menciptakan udara segar bagi para desainer untuk lebih dikenalkan ke mancanegara, karena bukan hanya pengunjungnya dari luar negeri, tetapi banyak juga para desainer luar negri yang menampilkan karyanya di ajang ini, sehingga menambah pengetahuan bagi para desainer kita.
iakui para pelaku
industri, dengan terkenalnya para desainer indonesia ke ajang internasional, merupakan batu pijakan memperkenalkan merek produk dalam negri.
Zaskia Sungkar, Barli Asmara,
source: http://lifestyle.sindonews.com/read/958086/166/desainer-indonesia-tonjolkan-hijab-fashion-di-new-york-1422623853Zaskia Sungkar, Barli Asmara,
source: http://lifestyle.sindonews.com/read/958086/166/desainer-indonesia-tonjolkan-hijab-fashion-di-new-york-1422623853Za Zaskia Sungkar, Barli Asmara
source: http://lifestyle.sindonews.com/read/958086/166/desainer-indonesia-tonjolkan-hijab-fashion-di-new-york-1422623853yakni Zaskia Sungkar, Barli Asmara
source: http://lifestyle.sindonews.com/read/958086/166/desainer-indonesia-tonjolkan-hijab-fashion-di-new-york-1422623853yakni Zaskia Sungkar, Barli Asmara
source: http://lifestyle.sindonews.com/read/958086/166/desainer-indonesia-tonjolkan-hijab-fashion-di-new-york-1422623853
Search
Warung Ilmu Komputer
Senin, 11 Mei 2015
Minggu, 10 Mei 2015
LANDASAN TEORI PSIKOLOGI (Naylur Rosyid)
LANDASAN TEORI PSIKOLOGI
Naylur Rosyid
Naylur Rosyid
A.
Pendahuluan
Keberhasilan pendidik dalam
melaksanakan berbagai peranannya antara lain akan dipengaruhi oleh pemahamannya
tentang perkembangan peserta didik. Oleh karena itu agar sukses dalam mendidik,
kita perlu memahami perkembangan, sebab hal ini membantu kita dalam memahami
tingkah laku. Tingkah laku siswa sendiri dipelajari dalam suatu ilmu yang
disebut sebagai psikologi. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia.
Psikologi
sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia, karena ilmu pengetahuan
menghendaki objeknya dapat diamati, dicatat dan diukur, jiwa dipandang terlalu
abstrak, dan jiwa hanyalah salah satu aspek kehidupan individu. Psikologi dapat
disebut sebagai ilmu yang mandiri karena memenuhi syarat berikut:
1) Secara
sistematis psikologi dipelajari melalui penelitian-penelitian ilmiah dengan
menggunakan metode ilmiah.
2) Memiliki
struktur kelimuan yang jelas.
3) Memiliki objek
formal dan material.
4) Menggunakan
metode ilmiah seperti eksperimen, observasi, case history, test and
measurement.
5) Memiliki
terminologi khusus seperti bakat, motivasi, inteligensi, kepribadian.
6) Dapat
diaplikasikan dalam berbagai adegan kehidupan.
Psikologi
dalam perkembangannya banyak dipengaruhi oleh ilmu-ilmu lain misalnya filsafat,
sosiologi, fisiologi, antropologi, biologi. Pengaruh ilmu tersebut terhadap
psikologi dapat dalam bentuk landasan epistimologi dan metode yang
digunakan.
Sumbangan
Psikologi terhadap pendidikan, Subjek dan objek pendidikan adalah manusia
(individu) psikologi memberikan wawasan bagaimana memahami perilaku individu
dalam proses pendidikan dan bagaimana membantu individu agar dapat berkembang
secara optimal serta mengatasi permasalahan yang timbul dalam diri individu
(siswa) terutama masalah belajar yang dalam hal ini adalah masalah dari segi
pemahaman dan keterbatasan pembelajaran yang dialami oleh siswa. Psikologi
dibutuhkan di berbagai ilmu pengetahuan untuk mengerti dan memahami kejiwaan
seseorang. Psikologi juga merupakan suatu disiplin ilmu berobyek formal
perilaku manusia, yang berkembang pesat sesuai dengan perkembangan perilaku
manusia dalam berbagai latar.
Belajar
dengan cara menyenangkan bagi siswa, kurang mendapatkan perhatian para
pendidik. Sebagian besar guru mengajar dengan metode ceramah dan “menjejali”
anak dengan materi pelajaran untuk mengejar target kurikulum. Akibatnya hasil
pembelajaran kurang signifikan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan sesuai
kurikulum. Sebaiknya para tenaga pendidik mulai berbenah diri agar beberapa
kompetensi guru profesional dimiliki sehingga akan berpengaruh terhadap
peningkatan mutu pembelajaran.
Di
zaman kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi sekarang ini, para ahli berusaha
untuk meningkatkan mengajar itu menjadi suatu ilmu atau science. Dengan metode
mengajar yang ilmiah, diharapkan proses belajar mengajar itu lebih terjamin
keberhasilannya. Inilah yang sedang diusahakan oleh teknologi pendidikan.
Sebuah obsesi bahwa pada suatu saat, mengajar atau mendidik itu menjadi suatu
teknologi yang dapat dikenal dan dikuasai langkah-langkahnya.
Sejak
berabad-abad orang berusaha untuk mencari jalan meningkatkan mutu metode
mengajar dengan mencari prinsip-prinsip atau asas-asas didaktik. Namun demikian
dianggap bahwa mengajar itu masih terlampau banyak merupakan seni yang banyak
bergantung kepada bakat dan kepribadian guru. Akibatnya hasil pembelajaran
kurang signifikan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan sesuai kurikulum.
Teknologi
pendidikan keberadaannya sudah cukup lama, yaitu di era pertengahan 1970-an.
Namun sekarang masih banyak tenaga pendidik yang kurang begitu memahami apalagi
menerapkannya dalam dunia pendidikan. Bahkan tidak dapat dipungkiri, masih
banyak orang yang memiliki persepsi yang keliru terhadap disiplin ini. Mereka
beranggapan bahwa teknologi pendidikan hanya mengenai televisi, komputer atau
penggantian peran guru oleh seperangkat teknologi di kelas.
Teknologi
pendidikan memberikan pendekatan yang sistematis dan kritis tentang proses
belajar mengajar. Teknologi pendidikan memandangnya sebagai suatu masalah yang
harus dihadapi secara rasional dengan menerapkan metode pemecahan masalah. Di
samping itu perkembangan teknologi pendidikan didukung oleh perkembangan yang
pesat dalam media komunikasi seperti radio, televisi, video, CCTV, komputer,
internet dan lain-lain yang dapat dimanfaatkan bagi tujuan instruksional.
Dengan mempelajari teknologi pendidikan, guru akan memilki pegangan yang lebih
mantap dan pedoman yang lebih dapat dipercaya untuk memberi pengajaran yang
efektif. Sikap ilmiah terhadap proses belajar mengajar akan memberi sikap yang
lebih kritis terhadap cara mengajar dan mendorong untuk mencari cara yang lebih
menjamin keberhasilannya. Dengan mendalami teknologi pendidikan, guru dapat meningkatkan
profesinya sebagai guru dan meningkatkan keguruan menjadi suatu profesi dalam
arti yang sebenarnya. Setelah mendalami diharapkan guru mampu menerapkannya
dalam pembelajaran karena memiliki nilai yang sangat penting dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan.
Konsep
dan prinsip teknologi pembelajaran sendiri dikembangkan dan diperkaya oleh
ahli-ahli bidang Psikologi, seperti Bruner (1966), dan Gagne (1974), ahli Cybernetic seperti Landa (1976), dan
Pask (1976), serta praktisi seperti Gilbert (1969), dan Horn (1969), serta
lembaga-lembaga pendidikan yang memiliki ketertarikan atas pengembangan program
pembelajaran. Walaupun teknologi pembelajaran termasuk masih prematur, akan
tetapi usaha pengembangannya terus dilakukan secara kreatif dan teliti sehingga
mampu memecahkan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran, sampai kepada
hal-hal mikro dalam tahapan tingkah laku belajar peserta didik.
B.
Pengertian Psikologi
Psikologi berasal dari kata Yunani “psyche”
yang artinya jiwa. Logos berarti ilmu
pengetahuan. Jadi secara etimologi psikologi berarti : “ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai gejalanya, prosesnya
maupun latar belakangnya”. Namun pengertian antara ilmu jiwa dan
psikologi sebenarnya berbeda atau tidak sama (menurut Gerungan dalam
Khodijah : 2006) karena :
- Ilmu jiwa adalah : ilmu jiwa secara luas termasuk khalayan dan spekulasi tentang jiwa itu.
- Ilmu psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis dengan metode-metode ilmiah
Beberapa definisi
tentang psikologi yang dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain :
- Willhelm Wundt (dalam Khodijah, 2006) menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu tentang kesadaran manusia (the science of human consciouness). Definisi ini sangat membatasi tentang garapan psikologi karena tidur dan mimpi dianggap bukan sebagai kajian psikologi.
- Woodworth dan Marquis (dalam Khodijah, 2006) menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu tentang aktivitas-aktivitas individu mencakup aktivitas motorik, kognitif, maupun emosional.
- Branca (dalam Khodijah, 2006) dalam bukunya yang berjudul Psychology The Science of Behavior, mendefinisikan psikologi sebagai ilmu tentang perilaku.
- Sartain dkk (dalam Khodijah, 2006) menyatakan bahwa psikologi merupakan ilmu tentang perilaku manusia.
- Knight dan Knight (dalam Khodijah, 2006) menyatakan bahwa psikologi dapat didefinisikan sebagai suatu study sistematis tentang pengalaman dan perilaku manusia dan hewan, normal dan abnormal, individu dan social.
- Morgan dkk (dalam Khodijah, 2006) menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu tentang perilaku manusia dan hewan, namun penerapan ilmu tersebut pada manusia (the science of human and animal behavior; it includes the application of this science to human problems).
Dapat
disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu yang memepelajari gejala kejiwaan yang
ditampakkan dalam bentuk perilaku baik manusia ataupun hewan yang
pemanfaatannya untuk kepentingan manusia ataupun aktivitas-aktivitas individu
baik yang disadari ataupun yang tidak disadari yang diperoleh melalui suatu
proses atau langkah-langkah ilmiah tertentu.
C.
Cabang - Cabang Psikologi
Pada dasarnya terdapat dua cabang ilmu
psikologi yang berkaitan erat dalam proses pengembangan teknologi pendidikan,
yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi
perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang
hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan,
tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan
perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dan mendasari pengembangan teknologi pendidikan. Psikologi belajar merupakan
ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar.
Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar,
serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan
teknologi pendidikan.
Oleh
sebab itu, dalam pengembangan teknologi pendidikan yang senantiasa
berhubungan dengan program pendidikan untuk kepentingan peserta didik, maka
landasan psikologi mutlak harus dijadikan dasar dalam proses pengembangan
teknologi pendidikan. Perkembangan yang dialami oleh peserta didik pada umumnya
diperoleh melalui proses belajar. Guru sebagai pendidik harus mengupayakan
cara/metode yang lebih baik untuk melaksanakan proses pembelajaran guna
mendapatkan hasil yang optimal, dalam hal ini proses pembelajaran mutlak
diperlukan pemikiran yang mendalam dengan memperhatikan psikologi belajar.
D.
Beberapa teori dalam psikologi
yang berhubungan dengan pengembangan teknologi
pendidikan.
Pembelajaran
pada hakekatnya mempersiapkan peserta didik untuk dapat menampilkan tingkah
laku hasil belajar dalam kondisi yang nyata, atau untuk memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kehidupannya. Untuk itu, pengembang program pembelajaran selalu
menggunakan teknik analisis kebutuhan belajar untuk memperoleh informasi
mengenai kemampuan yang diperlukan peserta didik. Bahkan setelah peserta didik
menyelesaikan kegiatan belajar selalu dilakukan analisis umpan balik untuk
melihat kesesuaian hasil belajar dengan kebutuhan belajar. Menurut Lumsdaine
(dalam Miarso 2009), ilmu perilaku merupakan ilmu yang utama dalam perkembangan
teknologi pendidikan terutama ilmu tentang psikologi belajar, sedangkan menurut
Deterline (dalam Miarso 2009) berpendapat bahwa teknologi pembelajaran
merupakan pengembangan ataupun aplikasi dari teknologi perilaku yang digunakan
untuk menghasilkan suatu perubahan perilaku tertentu dari pebelajar secara
sitematis guna pencapaian ketuntasan hasil belajar itu sendiri. Sedangkan
Harless (1968) menyebutnya dengan “front-end
analysis”, sedangkan Mager dan Pape (1970) menyebutnya “performance problem analysis”. Dan Romizwoski (1986)
mengistilahkan kegiatan tersebut sebagai “performance
technology”. Belajar berkaitan dengan perkembangan psikologis peserta
didik, pengalaman yang perlu diperoleh, kemampuan yang harus dipelajari, cara
atau teknik belajar, lingkungan yang perlu menciptakan kondisi yang kondusif,
sarana dan fasilitas yang mendukung, dan berbagai faktor eksternal lainnya.
Untuk itu, Malcolm Warren (1978) mengungkapkan bahwa diperlukan teknologi untuk
mengelola secara efektif pengorganisasian berbagai sumber manusiawi. Romizowski
(1986) menyebutnya dengan “Human
resources management technology”. Penanganan berbagai pihak yang diperlukan
dan memiliki perhatian terhadap pengembangan program belajar dan penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran memerlukan satu teknik tertentu yang dapat mengkoordinir
dan mengakomodasikannya sesuai dengan potensi dan keahlian masing-masing.
Kajian
ahli-ahli psikologi dan sosial psikologi dalam pendidikan berlangsung selama
masa dan pasca perang dunia ke II, terutama menjadi fokus kajian di lingkungan
pengajaran militer (Lange, 1969). Hasil kajiannya membawa pengaruh terhadap
penyelenggaraan pembelajaran, terutama dalam menetapkan tujuan pengajaran,
memahami peserta didik, pemilihan metode mengajar, pemilihan sumber belajar,
dan penilaian. Kemudian berkembang beberapa kajian yang berkaitan dengan
hubungan antara media audiovisual dengan pembelajaran yang difokuskan pada
persepsi peserta didik, penyajian pesan, dan pengembangan model pembelajaran.
Studi masa itu kebanyakan diwarnai oleh aliran psikologi behavior, sebagai
contoh operant behavioral conditioning
yang ditemukan BF Skinner (1953). Teori belajar dan psikologi behavior ini
mempengaruhi teknologi pendidikan pada masa itu dalam tiga hal, yaitu:
- Pengembangan dan penggunaan teaching machine dan program pembelajaran;
- Spesifikasi tujuan pendidikan ke arah behavioral objectives; dan
- Pencocokan konsep operant conditioning dengan konsep model komunikasi (Ely, 1963).
Dalam
dunia pendidikan begitu banyak teori tingkah laku diantaranya yang sangat
dikenal adalah teori “Classical
Conditioning” dari Ivan Pavlov, “Connectionism:
dari E. L. Thorndike, “Hypothetic
Deductive” dari Clark L. Hull dan “Operant
Conditioning” dari BF. Skinner
a.
Classical Conditioning (Ivan Pavlov)
Teori tingkah laku
diawali oleh Ivan Pavlov dalam tahun-tahun akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20
dengan teorinya “Classical Conditioning” yang menyatakan bahwa
stimulus baru dapat dibuat untuk menimbulkan refleks tertentu. Dalam penelitiannya
yang dilakukan pada seekor anjing, ia memperhatikan perubahan tingkah laku pada
waktu tertentu. Dalam ekperimennya, menunjukkan bagaimana belajar dapat
mempengaruhi perilaku yang selama ini disangka refleksif dan tidak dapat
dikendalikan.
b.
Connectionism (E. L. Thorndike)
Dalam studi
Thorndike, ia memandang perilaku sebagai suatu respons terhadap
stimulus-stimulus dan lingkungan, artinya stimulus-stimulus dapat memberikan
respons sehingga teorinya dikenal dengan teori S-R (Stimulus-Respons). Thorndike
menghubungkan perilaku pada rekleks-refleks fisik, sehingga ia menyatakan bahwa
perilaku ditentukan secara refleksif oleh stimulus yang ada dan lingkungan,
dan bukan oleh pikiran yang sadar atau tidak sadar. Dalam eksperimennya
yang dilakukan pada kucing yang dimasukkan kedalam kotak. Dari eksperimennya
mengembangkan tiga hukumnya, yaitu : “Law of Effect” yang menyatakan “prinsip
senang tidak senang. Suatu respon akan diperkuat apabila diikuti oelh suatu
perasaan senang terhadap sesuatu, dan respon akan diperlemah jika diikuti oleh
suatu rasa tidak senang”, “Law of Exercise” yang menyatakan bahwa
“semakin sering suatu respon yang berasal dari suatu stimulus tertentu maka
akan semakin besar kemungkinan respon tersebut untuk dicamkan atau diingat
dalam suatu long term memory” dan “Law of Readiness” yang
menyatakan bahwa “perkembangan system syaraf akan menyebabkan unit perilaku
tertentu akan lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan unit perilaku yang
lainnya dengan kata lain pembelajaran yang diberikan kepada siswa disesuaikan
dengan tingkat perkembangan peserta didik”.
Sedangkan menurut
Saettler peranan ataupun kontribusi yang cukup besar oleh Thorndike dalam
Teknologi Pembelajaran adalah dengan rumusannya tentang prinsip-prinsip 1)
aktivitas diri, 2) minat / motivasi, 3) kesiapan mental, 4) individualisasi dan
5) sosialisasi.
Adapun contoh
penerapan teori Thorndike adalah Apabila hal yang dipelajari kemudian mempunyai
banyak persamaan dengan hal yang dipelajari terdahulu, maka akan terjaid
transfer yang positif di mana hal yang baru itu tidak akan terlalu sulit
dipelajari. Misalnya orang yang sudah pernah belajar menunggang kuda, tidak
akan terlalu sulit belajar mengemudikan kereta berkuda. Sebaliknya, kalau
antara hal yang dipelajari kemudian dan hal yang dipelajari terdahulu terdapat
banyak perbedaan, maka akan sulitlah mempelajari hal yang kemudian itu, dan di
sini terjadi transfer yang negatif. Misalnya, seorang yang sudah biasa menulis
dengan tangan kiri, karena menulis dengan tangan kiri sama sekali lain caranya
daripada menulis dengan tangan kanan.
c.
B. F. Skinner
B.F. Skinner
berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris
dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku
dikontrol melalui proses operant conditioning. Di mana seorang dapat mengontrol
tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam
lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal, pelaksanaannya jauh lebih
fleksibel daripada conditioning klasik. Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa
pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan dan
latihan.
Manajemen Kelas
menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain
dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan
dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yanag tidak tepat. Operant
Conditioning adalah suatu proses perilaku operant
(penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut
dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Asas-asas Skinner
tentang kondisioning operan memberikan pengaruh baru pada studi dan
analisa tingkah laku. Landasan bagi asas-asas Skinner tantang kondisioning
operan adalah kepercayaannya tentang sifat hakekat ilmu perilaku dan ciri-ciri
tingkah laku hasil belajar. Sehingga ia mendefinisikan belajar itu merupakan
tingkah laku dimana ketika subjek belajar, responnya meningkat dan bila terjadi
sebaliknya responnya menurun. Skinner menyatakan bahwa unsur terpenting dalam
belajar adalah penguatan (reinforcement).
Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulu-respon akan
semakin kuat bila diberi penguatan.
Jenis Penguatan:
Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif. Penguatan
positif sebagai stimulus, dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah
laku itu sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang
atau menghilang. Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen,
kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui,
bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dan
sebagainya). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi
penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang
(menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dan lain lain).
Beberapa
prinsip belajar Skinner antara lain:
1. Hasil belajar harus
segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi
penguat.
2. Proses belajar harus
mengikuti irama dari yang belajar.
3. Materi pelajaran,
digunakan sistem modul.
4. Dalam proses
pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
5. Dalam proses
pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu diubah, untuk
menghindari adanya hukuman.
6. Tingkah laku yang
diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah diberikan dengan
digunakannya jadwal variable rasio reinforcer.
7. Dalam pembelajaran,
digunakan shaping.
Kelebihan
dan Kekurangan Teori Skinner
1. Kelebihan
Pada teori ini,
pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan
dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya
pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan
terjadinya kesalahan.
2.
Kekurangan
Tanpa adanya sistem
hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti
tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan
belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi
semakin berat.
Beberapa Kekeliruan
dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara
untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak
merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami
sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman
verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru
berakibat buruk pada siswa.
Selain itu kesalahan
dalam reinforcement positif juga terjadi didalam situasi pendidikan seperti
penggunaan rangking Juara di kelas yang mengharuskan anak menguasai semua mata
pelajaran. Sebaliknya setiap anak diberi penguatan sesuai dengan kemampuan yang
diperlihatkan sehingga dalam satu kelas terdapat banyak penghargaan sesuai dengan
prestasi yang ditunjukkan para siswa: misalnya penghargaan di bidang bahasa,
matematika, fisika, menyanyi, menari atau olahraga.
Teori dan prinsip
Skinner ini diaplikasikan dalam bentuk “mesin pengajar” (teaching machine) Skinner mengungkapkan
bahwa teaching machine sangat mendasar dalam proses pembelajaran, terutama
dalam memperkuat (reinforcement)
pembelajaran. Menurutnya bahwa teaching machine adalah instrumen yang simpel
dan menyatu dengan usaha penguatan pembelajaran, sehingga peserta didik dapat
memperkuat perolehan pengalaman belajarnya. Prinsip Teaching Mesin ini
hingga sekarang masih banyak dipakai dalam membuat Pembelajaran Berbantuan
Komputer (PBK) atau Computer
Assisted Instruction (CAI). Konsep reinforcement dalam pengajaran ini
banyak diwarnai oleh hukum operant conditioning yang mengikuti Thorndike’s law effect.
Menurut Skinner untuk
mengendalikan belajar pada manusia secara efektif dan efisien guna mencapai
tujuan pembelajaran dan Mastery Learning diperlukan bantuan peralatan,
yang akan bertindak selaku mekanisme penguatan supaya stimulus yang diberikan
kepada pembelajar dapat bertahan dalam waktu yang lama dan dapat lebih mudah
diterima dan dipahami.
Keterkaitan teori
belajar ini terus dikaji oleh para ahli teknologi pendidikan, sehingga tidak
hanya psikologi behavior saja yang memiliki kontribusi terhadap teknologi
pendidikan akan tetapi bergeser ke arah psikologi kognitif sebagaimana
dikembangkan oleh Robert M Gagne (The
Conditions of Learning and theory of instruction, 1916).
Teori Perkembangan
Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget,
seorang psikolog
Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak
konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan
konsep kecerdasan,
yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan
dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada
kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata
(skema) tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan
perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi
secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme,
yang berarti, tidak seperti teori nativisme
(yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan
kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan
kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi
dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh
Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami
dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin
canggih seiring pertambahan usia:
- Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
- Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
- Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
- Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Kedudukan teori
belajar dijadikan sumber inspirasi di dalam pengembangan model pembelajaran,
terutama di dalam penetapan tingkah laku yang harus dikuasai peserta didik,
karakteristik peserta didik, kondisi-kondisi pembelajaran yang harus dirancang,
beserta berbagai fasilitas belajar yang dapat memperkuat pengalaman belajar
peserta didik.
Teknologi
Pembelajaran merupakan gabungan dari tiga aliran yang saling berkepentingan,
yaitu media dalam pendidikan, psikologi pembelajaran dan pendekatan sistem
dalam pendidikan.
Adalah
Edgar Dale dan James Finn merupakan dua tokoh yang berjasa dalam pengembangan
Teknologi Pembelajaran modern. Edgar Dale mengemukakan tentang Kerucut
Pengalaman (Cone of Experience) sebagaimana tampak dalam gambar 1
berikut ini:
Gambar 1. Kerucut
Pengalaman Dale
Sumber : Arief
S. Sadiman (Media pendidikan pengertian, pengembangan dan
pemanfaatannya)
|
Dari gambar tersebut
dapat kita lihat rentangan tingkat pengalaman dari yang bersifat langsung
hingga ke pengalaman melalui simbol-simbol komunikasi, yang merentang dari yang
bersifat kongkrit ke abstrak, dan tentunya memberikan implikasi tertentu
terhadap pemilihan metode dan bahan pembelajaran, khususnya dalam pengembangan
Teknologi Pembelajaran.
Pemikiran Edgar Dale
tentang Kerucut Pengalaman (Cone of Experience) ini merupakan upaya awal
untuk memberikan alasan atau dasar tentang keterkaitan antara teori belajar
dengan komunikasi audiovisual. Kerucut Pengalaman Dale telah menyatukan teori
pendidikan John Dewey (salah satu tokoh aliran progresivisme) dengan
gagasan – gagasan dalam bidang psikologi yang tengah populer pada masa itu.
Sedangkan, James
Finn seorang mahasiswa tingkat doktoral dari Edgar Dale berjasa dalam
mengusulkan bidang komunikasi audio-visual menjadi Teknologi Pembelajaran yang
kemudian berkembang hingga saat ini menjadi suatu profesi tersendiri, dengan
didukung oleh penelitian, teori dan teknik tersendiri. Gagasan Finn mengenai
terintegrasinya sistem dan proses mampu mencakup dan memperluas gagasan Edgar
Dale tentang keterkaitan antara bahan dengan proses pembelajaran.
KESIMPULAN
Psikologi
adalah ilmu yang mempelajari gejala kejiwaan yang ditampakkan dalam bentuk
perilaku baik manusia ataupun hewan yang pemanfaatannya untuk kepentingan
manusia ataupun aktivitas-aktivitas individu baik yang disadari ataupun yang
tidak disadari yang diperoleh melalui suatu proses atau langkah-langkah ilmiah
tertentu.
Ilmu psikologi itu sendiri juga berkembang
dalam dua cabang, antara lain sebagai berikut:
- Psikologi umum: mempelajari gejala psikis pada manusia seperti motivasi, intelegensi, minat dan sebagainya.
- Psikologi terapan: mempelajari gejala psikis manusia menurut aspek-aspek tertentu sesuai dengan tujuannya. Psikologi terapan meliputi psikologi pendidikan, psikologi belajar, psikologi komunikasi dan sebagainya.
Beberapa teori
psikologi yang mempengaruhi langsung penerapan Teknologi Pendidikan:
- Tingkah laku yang diperkuat lebih besar kemungkinannya untuk muncul kembali
- Penguatan yang positif cenderung lebih berhasil dari yang negatif
- Mengulang segera sesudah mempelajari sesuatu, mengurangi kemungkinan untuk melupakan
- Belajar lebih sering terjadi bila tugas yang diberikan berarti bagi subyek, serta dalam batas kemampuannya
- Pemberian bantuan yang terlalu banyak menyebabkan berkembangnya rasa tidak mampu, dll.
Aplikasi
Psikologi Pendidikan dalam Teknologi Pendidikan adalah yang menyangkut dengan
aspek-aspek perilaku dalam ruang lingkup belajar mengajar. Secara psikologis,
manusia adalah mahluk individual namun juga sebagai makhluk social dengan kata
lain manusia itu sebagai makhluk yang unik. Maka dari itu kajian psikologi
pendidikan dalam Teknologi pendidikan seharusnya memperhatikan keunikan yang
dimiliki oleh setiap individu baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan,
kemampuan, sikap, motivasi, perasaan serta karakteristik-karakteristik individu
lainnya. Dan strategi belajar seperti itu terdapat dalam kajian ilmu
Teknologi Pendidikan.
Di
dalam Teknologi Pendidikan diajarkan tentang berbagai teori seperti
behavioristik dan kognitif. behavioristik sendiri untuk mengetahui sejauh mana
respon atau rangsang yang di alami oleh objek. Maka dari pada itu rangsangan
awal tidak boleh hilang, dan harus diteruskan dengan rangsangan yang dapat
membuat si objek merespon. Untuk merangsang si objek agar mau belajar, maka
dibutuhkanlah ilmu psikologi pendidikan. Begitu juga Dengan adanya teori
kognitif, kita dapat mengetahui keadaan psikis si objek, perasaan objek yang
mempengaruhi bagaimana dan apa yang ia pelajari. Karena pada dasarnya, teori
kognitif lebih memfokuskan pada proses belajar untuk mengerti dunia yang
membutuhkan psikologi yang kuat.
Intinya
bahwa pengaplikasian psikologi pendidikan terhadap teknologi pendidikan sangat
erat karena dalam membuat strategi belajar dan untuk mengetahui tehnik belajar
yang baik maka terlabih dahulu kita harus mengerti ilmu jiwa, dalam hal ini
adalah psikologi pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Dirgagunarsa,
Singgih, 1983. Pengantar Psikologi. Jakarta : Mutiara.
Khodijah, Nyayu,
2006. Psikologi Belajar. Palembang : IAIN Raden Fatah Palembang.
Miarso, Yusufhadi,
2009. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan.Jakarta : Kencana.
Pidarta, Made, 1997. Landasan
Kependidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Prawiradilaga, Dewi
Salma dan Eveline Siregar. 2008. Mozaik Teknologi Pendidikan.
Jakarta : Kencana.
Sadiman, Arif S. 2006. Media
Pendidikan: Pengertian, Pengembangan
dan Pemanfaatannya
Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Langganan:
Postingan (Atom)